Kota Malang merupakan ujung dari jalur kereta api pertama yang dibangun oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) yaitu lintas Surabaya – Pasuruan - Malang. Jalur sepanjang  112 km itu diresmikan pada tanggal 20 Juli 1879 oleh Gubernur Jenderal Mr. J. W. van Lansberge melalui upacara yang meriah. Bersamaan peresmian tersebut dilaksanakan pula pembukaan Stasiun Malang. Dua puluh tahun kemudian dilakukukan renovasi Stasiun Malang, bangunan diperbesar dengan memperpanjang kanopi.

1 Bangunan St Malang th 1879 revBangunan awal Stasiun Malang yang dibuka pada tahun 1879. Fasad stasiun memiliki kemiripan bentuk seperti Stasiun Surabaya Gubeng. (Sumber: Michiel Ballegoijen de Jong, De Spoorstation op Java)

Pada tahun 1914 status Malang naik menjadi Gementee dan kemudian menjadi ibukota Karesidenan Pasuruan. Naiknya status Malang membuat pemerintah Hindia Belanda melakukan perencanaan pembangunan kota yang dipimpin oleh arsitek kenamaan, Ir. Thomas Karsten. Rencana penataan kota sudah muncul sejak tahun 1920, salah satunya mengatasi permasalahan perjalanan kereta api mengingat Stasiun Malang berada di sebelah timur jalur kereta api sedangkan perkembangan kota mengarah ke sebelah barat jalur kereta.

Tahun 1927 dibuatlah gagasan pemindahan stasiun ke sebelah barat jalur kereta. Tiga tahun kemudian, pemerintah menyetujui rencana tersebut. Gemente Malang pun bersedia membantu 1/3 biaya pemindahan stasiun yang nantinya dikeluarkan oleh SS. Namun rencana tersebut tidak dapat terealisasi karena pada tahun 1930-an terjadi malaise (krisis ekonomi).

Baru pada tahun 1938 rencana pemindahan menemui titik terang, Gementee Malang dan SS sepakat melakukan pemindahan Stasiun Malang.  Stasiun yang baru dibangun sekitar 100 meter selatan stasiun lama. Pembangunan stasiun baru di Malang terletak sangat strategis dari segi tata ruang Kota Malang, berorientasi kepada alun-alun bunder, sebuah lambang dari pusat Kota Malang yang baru (setelah tahun 1925). Jalan di depan stasiun tersebut rencananya akan dibangun suatu boulevard yang dinamakan Daendels Boulevard. Akan tetapi rencana tersebut tidak pernah terealisasi.

2 Peta Stasiun Malang revLetak Stasiun Malang yang pertama dibangun ditunjukan lingkaran berwarna biru sedangkan posisi stasiun setelah dipindah (hingga saat ini) ditandai lingkaran merah. (Sumber: De Spooregwerken te Malang)

Stasiun baru milik SS selesai dibangun tahun 1941. Desain stasiun dirancang oleh J. van dr Eb, seorang kepala teknisi SS. Pembangunan stasiun di aplikasikan dengan desain bangunan bergaya monoque, sebuah desain arsitektur modern stasiun khas Eropa. Stasiun ini memiliki peron tinggi yang terhubung dengan terowongan bawah tanah sebagai akses pejalan kaki seperti di Stasiun Pasar Senen.

Pembangunan Stasiun Malang dirancang sewaktu ada desas-desus perang, sehingga pada terowongan dibuat pintu berbahan baja tebal. Pembuatan pintu ini dimaksudkan agar  terowongan dapat digunakan sebagai tempat perlindungan ancaman bom. Selain itu, ketiga peron di stasiun pada bagian atapnya terbuat dari beton modern sebagai salah satu bentuk perlindungan. Kanopi di Stasiun Malang tersebut menunjukan betapa kuat dengan kemiripan pada kanopi paska perang yang di bangun di Rotterdam CS.

4 Bangunan Baru Stasiun Malang revBangunan baru Stasiun Malang yang selesai dibangun tahun 1941. (Sumber: Malang: Beeld van Een Stad)

5 Tampak Drpan St Malang rev
Tampak depan stasiun Malang tahun 1988. (Sumber: Michiel Ballegoijen de Jong, De Spoorstation op Java)

6 Aktifitas di St Malang
Kesibukan Stasiun Malang, nampak angkutan umum sedang menunggu penumpang. (Sumber: Malang: Beeld van Een Stad)