Stasiun Cirebon di tetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya Berdasarkan SK Menbudpar No:PM. 58/PW.007/MKP/2010. Stasiun Cirebon terletak di Kecamatan Kejaksan, kota Cirebon. Posisi stasiun di Daerah Operasi (DAOP) III Cirebon ini termasuk strategis karena berada tidak jauh dari persimpangan dua jalur yaitu menuju Purwokerto-Kroya dan jalur utara ke arah Semarang. Sebagai stasiun besar, semua kereta api kelas komersial (bisnis-eksekutif) berhenti di stasiun ini. Stasiun Cirebon merupakan tipe stasiun satu muka, di mana posisi emplasemen sejajar dengan bangunan stasiun.

Keberadaan kereta api di Karesidenan Cirebon erat kaitannya dengan manjamurnya pabrik gula di sepanjang pantai utara Jawa dari Semarang hingga Cirebon. Pengangkutan menggunakan sarana transportasi tradisional berupa pedati sudah tidak mampu lagi untuk mengangkut hasil produksi yang semakin meningkat.
Jaringan kereta api yang melintasi Karesidenan Cirebon dibangun oleh dua maskapai kereta api, yakni Staatssporwegen (SS) dan Samarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). SS merupakan sebuah perusahaan kereta api negara sedangkan SCS perusahaan milik swasta.
Pada tanggal 3 Juni 1912 SS meresmikan operasional lintas kereta api Cikampek - Cirebon sepanjang 137 km. Bersamaan itu pula SS membuka untuk umum Stasiun Cirebon.

Stasiun Cirebon 1Jalur kereta api SS ditandai garis hitam-putih sedangkan jalur SCS digambarkan garis merah-putih. Stasiun SCS di Cirebon ialah Stasiun Cirebon Prujakan, peta tahun 1922. (Sumber: Kitlv.nl)

Stasiun Cirebon didesain oleh Arsitek Belanda bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen yang diresmikan pada 3 Juni 1912 bersamaan dengan dibukanya lintas milik SS Cikampek-Cirebon sejauh 137 kilometer. Gaya arsitektur bangunannya merupakan perpaduan dari ciri arsitektur lokal dengan pengaruh aliran seni Art Deco. Sebagaimana ciri khas bangunan batu yang berasal dari periode 1900-1920, fasad atau tampak bangunan yang cukup menonjol adalah susunan simetris gedung. Apabila dilihat sekilas, siluet bangunan terdiri dari dua menara dengan atap berbentuk piramida yang mengapit bagian atas bangunan utama. Pada zaman kolonial, pelayanan penumpang dan barang masih dalam satu stasiun, tetapi dipisahkan oleh dua loket di bagian kiri khusus penumpang dan sebelah kanan untuk bagasi. Oleh sebab itu pada bagian depan dua menara tersebut pernah dipasang tulisan “KAARTJES” (karcis) di sebelah kiri dan “BAGAGE” (bagasi) di sebelah kanan.

Sebagai stasiun penghubung, Stasiun Cirebon merupakan stasiun satu muka dimana emplasemen berada satu sisi dengan bangunan gedung. Gaya arsitektur bangunannya merupakan perpaduan dari ciri art deco dengan pengaruh arsitektur lokal. Gaya pengaruh art deco ditunjukkan dalam bentuk fasad atau tampak bangunan yang simetris dengan bagian tengah sebagai pusat dibangun lebih tinggi dan terletak tegak lurus terhadap jalan masuk.

Stasiun Cirebon 2

Fasad Stasiun Cirebon tahun 1912, di atas pintu ujung kiri terdapat tulisan “KAARTJES” sedangkan
ujung kanan “BAGAGE”. (Sumber: Spoorwegstation op Java)

Pada bagian muka sebelah atas menara dan bangunan utama dibuat deretan jendela kaca persegi terbuat dari kaca patri berwarna-warni dilengkapi sejumlah roster atau lubang ventilasi. Selain untuk keindahan, kaca patri juga berfungsi sebagai penerangan alami ketika cahaya matahari masuk ke dalam. Sedangkan pada malam hari pencahayaan bersumber dari lampu gantung antik yang terletak di tengah ruangan. Gaya ukiran Art Deco tampak terlihat di bagian ujung puncak dinding atap bagian depan yang dihiasi dengan ornamen mahkota. Pada saat diresmikan, pintu masuknya berupa empat lubang pintu melengkung (busur panah). Untuk memberikan karakter kuat dari ciri hiasan yang sedang tren pada masa itu diberi semacam tonjolan garis yang membingkai lubang pintu dan dinding pembatas antar ruang. Loket penjualan karcis terletak di dalam bangunan utama yang terhubung langsung dengan gerbang depan. Ruangan di depan loket berupa ruang dengan plafon tinggi sehingga berkesan luas. Jalur 1 dan 2 beserta emplasemennya dinaungi kanopi lebar yang menggunakan rangka atap baja.

Pada awal peresmiannya, pintu masuk stasiun berupa empat pintu melengkung yang dihiasi list dinding. Di pintu paling kiri digunakan sebagi loket penumpang sedangkan pintu paling kanan untuk bagasi. Di bagian hall stasiun berupa ruang dengan langit-langit tinggi, sehingga berkesan luas. Sebenarnya, ketika dalam proses pembangunan, sang arsitek berencana membuat gambar-gambar dari ubin yang menggambarkan kepulauan, namun rencana ini tidak dapat terlaksana. Saat ini Stasiun Cirebon merupakan Stasiun Besar A yang ramai dikunjung penumpang guna bepergian ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogja maupun Surabaya. Stasiun yang berada di ketinggian +4 mdpl ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan nomor registrasi RNCB.20100622.02.000798 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor PM.58/PW.007/MKP/2010.

Stasiun Cirebon 3

Potret suasana Stasiun Cirebon pada tahun 1913. (Sumber: Kitlv.nl)

Stasiun Cirebon 4

Suasana peron Stasiun Cirebon tahun 1913. Nampak lokomotif hendak memutar arah menggunakan meja putar. (Sumber: Kitlv.nl)

 

Sumber:

Kitlv.nl
Majalah DKA Edisi Juni 1957
Marihandono, Djoko. Pembangunan Jalur Kereta Api dan Trem di Cirebon.
Michiel van Ballegoijen de Jong. Spoorwegstation op Java. Amsterdam: De Bataafschee Leeuw. 1993