Persinyalan Kereta Api Dari Sinyal Tebeng Sampai Elektrik
Sinyal dan telekomunikasi (sintel) memiliki peran vital dalam mengamankan perjalanan kereta api, baik jalur tunggal maupun ganda. Sinyal berfungsi guna mengamankan kereta api yang hendak masuk stasiun, di stasiun dan keluar stasiun. Sedangkan telekomunikasi berguna mengamankan hubungan antar dua stasiun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi sinyal ialah tanda isyarat (lampu, bunyi, larangan, dsb) atau tiang dan sebagainya yang menjadi (atau berisi) tanda isyarat.
Semenjak kereta api mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1867 (lintas Semarang-Tanggung) sampai saat ini terdapat beberapa macam persinyalan yang digunakan. Pada awalnya, penempatan persinyal di pinggir jalur kereta mempunyai tujuan yang sederhana, yakni sebagai batas penanda perhentian kereta api sebelum masuk stasiun. Seiring berjalan waktu, fungsi sinyal pun berkembang. Macam sinyal yang pernah dipakai di Indonesia ialah Sinyal Tebeng, Krian, Alkmaar, Siemens & Halske (S&H) dan sinyal elektrik.
Sinyal yang pertama kali digunakan ialah sinyal tebeng, berupa piringan berwarna merah yang ditempatkan pada as vertikal yang dapat diputar. Sebagai pemutar arah tebeng dipakai kawat tarik yang dihubungkan dengan tempat kerja pengendali lalu lintas di stasiun. Mulanya sinyal ini menggunakan handel kayu kemudian diganti menjadi besi.
Tampak Sinyal Tebeng menggunakan handel kayu di Stasiun Kayu Tanam, foto tahun 193o-an. (Sumber: Kitlv.nl)
Mekanisme Sistem Tebeng, sinyal yang pertama kali digunakan. (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapan Indonesia 1867-2014 diolah dari Gedenkboek der SS & Tr 1875-1925)
Dalam pengoperasiannya, sinyal tebeng masih memiliki beberapa kelemahan sehingga dilakukan pembaharuan. Seperti menambahan peralatan yang dapat mengunci sendiri agar lebih aman dan meninggikan tiang sinyal. Pembaharuan sinyal tersebut pertama kali dipasang di Stasiun Krian, oleh karena itu sinyal ini disebut juga dengan Sinyal Krian.
Handel krian di Stasiun Ciranjang tahun 1991 (foto kiri) dan tiang Sinyal Krian (kanan). (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapan Indonesia 1867-2014)
Bagan Sinyal Krian, istilah ini mengacu pertama kali sinyal ini dipasang di Stasiun Krian. (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapan Indonesia 1867-2014 diolah dari Gedenkboek der SS & Tr 1875-1925)
Meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api pada awal tahun 1910-an membuat Sinyal Krian dirasa sudah tidak efektif. Sejalan dengan perkembangan teknologi mulai digunakan Sinyal Alkmaar. Sinyal berupa satu atau dua buah lengan ayun yang berjajar atas-bawah serta dikendalikan melalui rumah sinyal ini dinilai lebih baik dari Sinyal Krian. Selain itu tuas-tuas dalam rumah sinyal dipasang agar hanya dapat digerakan satu sinyal dalam waktu yang sama.
Mekanisme Sinyal Alkmaar, sinyal ini mulai digunakan sekitar tahun 1915. DIsebut Alkmaar karena dibuat oleh Pabrik Alkmaar di Belanda (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapan Indonesia 1867-2014 diolah dari Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie 1875-1925)
Perkembangan sinyal yang selanjutnya digunakan ialah Sinyal Siemens & Halske (S&H). Sekilas sinyal ini memiliki tampilan seperti Sinyal Alkmaar, bedanya Sinyal S&H dapat mengatur perjalanan kereta api dalam satu petak (antar dua stasiun) dengan menambahkan sebuah pesawat blok. Dalam operasionalnya, sinyal ini memiliki dua jenis tipe, yakni makanis dan semi otomatis. Pada tipe semi otomatis, setelah kereta api lewat sinyal yang dibuka (lengan naik ke atas) akan kembali pada kedudukan normal (sinyal menutup sendiri).
Handel Sinyal Siemen & Halske di Stasiu Cibadak tahun 2004 (foto kiri) dan tiang Sinyal Siemen & Halske. (Sumber: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapan Indonesia 1867-2014)
Saat ini, sebagian besar lintas kereta api milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah dilengkapi dengan persinyal elektrik seperti Vital Processor Interlocking (VPI), Solid State Interlocking (SSI), Westtrace, System Interlocking Len (SIL), dan lain-lain.
Sumber:
- Media-kitlv.nl
- Murti, Ibnu, Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapan Indonesia 1867-2014, Jakarta: PT KAI, 2016
- A. Reitsma, Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie 1875-1925, Bandung, 1925
- Tim Telaga Bakti, Sejarah Perkeretaapian Jilid I, Bandung: Angkasa, 1992