Lokomotif B20
diantaranya adalah Jurnatan-Pendrikan. Stasiun Jurnatan dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Semarang-Joeana Stoomtram Maatschappij (SJS) pada tahun 1882 dan stasiun Pendrikan dibangun oleh perusahaan kereta api perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) pada tahun 1897. Jalur ini melalui Jalan Pemuda, Bulu dan Indraprasta. Pada tahun 1900 – 1907, SCS mendatangkan 19 lokomotif uap B20 dari pabrik Beyer Peacock (Inggris) dan Werkpoor (Belanda). Tram dengan lokomotif uap ini memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tram ini digunakan untuk angkutan penumpang jarak dekat. SCS kemudian memperluas jalur kereta api dari Semarang ke Cirebon.
Jalur kereta api rute Semarang-Cirebon disebut juga ‘jalur gula’ (Suikerlijn) karena jalur ini dibangun untuk melayani tidak kurang dari 27 pabrik gula yang berada di pantai utara Jawa Tengah bagian barat. Jalur ini semula hanya jalan rel tipe ringan yang dibangun di samping jalan raya. Karena konstruksi yang ringan kecepatan maksimum kereta api terbatas hanya 35 kilometer per jam. Pada tahun 1912 – 1921, SCS meningkatkan kualitas jalan rel pada rute Semarang-Cirebon sepanjang 226 km pada tahun 1912-1921. Tujuan peningkatan kualitas jalan rel ini adalah untuk meningkatkan batas kecepatan kereta api menjadi 75 km/jam.
Lokomotif B20 memiliki panjang 5790 mm dan berat 17,5 ton. Lokomotif B20 memiliki daya 200 HP (horse power) dan dapat melaju hingga kecepatan 35 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati. Lokomotif uap B20 memiliki susunan roda 0-4-0Tr. Dari 19 lokomotif B20, saat ini hanya tersisa 1 lokomotif B20, yaitu B20 14. B20 14 (buatan pabrik Beyer Peacock, mulai operasional tahun 1905) dipajang di museum Ambarawa (Jawa Tengah).