Suara khas gesekan roda-roda kereta api saat menikung terdengar bersahutan dari jembatan rel (long span) yang melintasi Tol Dalam Kota dan perempatan Kuningan Jakarta Selatan. Boleh dibilang pada Senin siang 10 Januari 2022 itu menjadi salah satu tonggak sejarah perkembangan perkeretaapian nasional. Untuk pertama kalinya dalam sebuah uji coba Satker LRT Jabodebek Ditjen Perkeretaapian Kemenhub RI, sebuah rangkaian kereta api ringan sukses menjalani perjalanan perdananya, mulai dari Stasiun Pancoran, prapatan Kuningan belok kanan menyusuri jalur layang di atas Jalan H.R. Rasuna Said dan berakhir di Stasiun Dukuh Atas.

Sementara itu sebagai pihak operator, Direktur PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo memastikan bahwa LRT Jabodebek ditargetkan bisa mulai beroperasi pada Agustus 2022 mendatang. “Kemudian beroperasi secara penuh menggunakan Grade of Automation Level 3 pada akhir tahun 2022,” katanya dalam diskusi Persiapan Operasional LRT Jabodebek sebagaimana ditayangkan di akun Youtube Kereta Api Kita pada 19 Januari 2022 lalu.

Meski sudah menggunakan teknologi tinggi, kereta LRT Jabodebek pada dasarnya merupakan light rail, yaitu kereta api ringan yang dioperasikan di jalan rel yang menggunakan sarana lebih kecil dengan kapasitas dan kecepatan yang rendah. Prasarananya pun dirancang dengan beban gandar lebih ringan, sehingga biaya konstruksi menjadi lebih rendah. Kelebihan lain adalah dengan radius belok yang lebih sempit, jalurnya dapat dipasang menyusuri jalan raya sehingga tidak memerlukan pembebasan lahan. Light rail merupakan moda transportasi berbasis rel dengan jarak antar stasiun lebih pendek dari kereta api konvensional, sehingga lebih efisien digunakan untuk perjalanan pendek.

Di kota-kota besar dunia, jalur light rail mengisi wilayah-wilayah perkotaan dan sub urban yang tidak terjangkau kereta api. Umumnya operasional light rail tidak sendiri, tetapi saling terintegrasi dengan berbagai jenis angkutan umum lain, sehingga cukup memudahkan mobilitas warga kota. Sistem kereta api ringan yang terintegrasi ini dinamakan Light Rail Transit (LRT). Wujud angkutannya bisa berupa trem yang memiliki jalur sebidang dengan jalan raya atau memiliki jalur sendiri baik di atas tanah atau jalur layang seperti LRT Jabodebek.

Jauh sebelum keberadaan kereta api ringan LRT Jabodebek, di Betawi sebenarnya sudah memiliki sistem angkutan umum berbasis rel, namanya trem kuda. Wujud awalnya berupa kereta yang ditarik 1 sampai 2 ekor kuda yang berjalan di atas jalur rel selebar 1188 mm. Trem kuda pertama kali diresmikan oleh perusahaan trem swasta Batavia Tramweg Maatschappij (BTM) pada 20 April 1869. Terdiri dari jalur ganda, rute sepanjang 4,5 kilometer itu bermula dari Gerbang Amsterdam (Jalan Cengkeh), melewati kawasan Pecinan Glodok, terus ke selatan menyusuri Kanal Molenviet (Jalan Gajah Mada) sampai berakhir di depan gedung klub elite Societeit de Harmonie yang sekarang menjadi pekarangan Bina Graha.

1 Lukisan rev

Lukisan trem kuda Batavia dengan 2 jalur pada 1881. (Sumber: www.indearchipel.com)

Walau biaya pembangunan lebih murah, kerugian operasional trem kuda Batavia ternyata lebih banyak. Dalam sehari perusahaan harus kehilangan 3 ekor kuda karena mati kelelahan dan jumlahnya terus bertambah. Untuk mengakali pengeluaran, kuda-kuda yang mati diganti dengan kerbau. Substitusi ini pun sebenarnya tidak menolong karena waktu tempuh menjadi lebih lama.

Karena prospeknya semakin suram, teknologi uap yang saat itu tengah booming di dunia perkeretaapian berangsur-angsur menggantikan tenaga kuda. Pada 1 Juli 1883 rute pertama trem uap Harmoni–Pasar Ikan mulai dibuka untuk umum. Sampai 1891 hewan ternak yang menarik trem di Betawi sudah diganti seluruhnya dengan lokomotif uap.

2 Lukisan Term Uap REV

Lukisan Trem uap melintas di depan balai kota lama Batavia—sekarang Museum Fatahillah—yang dibuat oleh MTH Perelaer, 1885. (Sumber: Tropenmuseum)

Menjelang pergantian abad, transportasi berbasis rel di ibukota terus dimodernisasi. Tidak cukup dengan tenaga uap, ide pemakaian tenaga listrik untuk trem turut muncul pertama kali sejak kota dialiri listrik pada 1897. Dua tahun kemudian, trem listrik pertama diperkenalkan kepada masyarakat Batavia.

3 Peresmian Trem Batavia REV

Peresmian trem listrik Batavia pada 1899. (Sumber: KITLV)

Selain trem uap dan listrik, proyek perkeretaapian terbesar yang dikerjakan pada awal Abad XX itu adalah menghubungkan sekeliling Batavia dengan jalur kereta api. Jalur ini dikenal dengan nama Batavia Ceintuurbaan, atau disebut “jalur lingkar Batavia” yang mulai aktif sejak 1904. Tata letaknya pun sedikit banyak mengadopsi dari Amsterdam, yaitu jalur kereta api dibangun untuk menghubungkan daerah-daerah penyangga di sekitarnya dan melingkari Batavia.

Sedangkan jalur trem membelah kota utara-selatan, menghubungkan sub urban yang ramai di batas kota dengan pusat pemerintahan di ring 1 istana Gubernur Jenderal. Beberapa haltenya pun terintegrasi dengan stasiun kereta api. Dengan demikian, ada 2 jenis transportasi umum berbasis rel yang melayani warga Betawi saat itu: kereta api konvensional dan kereta api ringan berupa trem uap dan trem listrik yang sistem keduanya pada masa itu tidak kalah mutakhir dengan kota-kota besar di Eropa.

Selama paruh pertama Abad XX, layanan sistem transportasi berbasis rel di ibukota terus mengalami peningkatan. Jalur kereta api lingkar kota didesain ulang, termasuk pembangunan stasiun-stasiun besar seperti Batavia Benedenstad (Jakarta Kota), Gambir, Pasar Senen, Manggarai, Jatinegara. Stasiun Tanjung Priok yang menjadi gerbang utama penumpang dari pelabuhan dibongkar dan dibangun ulang menjadi jauh lebih megah. Pembukaannya bersamaan dengan operasional pertama kereta api listrik (KRL) Jatinegara–Pasar Senen–Kemayoran–Tanjung Priok pada 1925.

4 Peta Jalur Kereta Api rev

Peta jalur rel kereta api dan trem modern di Jakarta era 1930 sampai 1960an. (Sumber: Majalah Genta, 2016)

Lima tahun kemudian, perkeretaapian di Jakarta semakin modern. Seluruh jaringan trem uap kini diganti dengan trem listrik. Jalurnya kini menghubungkan daerah pinggiran Batavia seperti Kampung Melayu, Tanah Abang, kawasan elit Gondangdia, sampai ke pusat kota baru di Gambir, Harmoni, dan kota tua di Pasar Ikan.***