Balai Yasa Surabaya Gubeng
Perusahaan kereta api negara, Staatsspoorwegen (SS) merampungkan pembangunan jalur kereta api Surabaya-Pasuruan-Malang pada tahun 1879. Sebagai tempat pemeliharaan sarana, SS membangun pula sebuah werkplaats (bengkel) di Surabaya Kota.
Guna meningkatkan pemeliharaan rolling stock yang kokoh, lancar, dan murah SS memperluas dan memodernisasi bengkel kereta api. Pada tahun 1910 SS membangun Werkplaats Soerabaja-Goebeng dan mulai digunakan sekitar tahun 1913. Pembangunan ini mengacu pada bengkel-bengkel kereta api terbaik yang berada di Eropa maupun Amerika.
Penamaan Surabaya-Gubeng diduga mengacu pada lokasinya yang berada di daerah Gubeng. Selain itu letaknya tidak jauh dari Stasiun Surabaya Gubeng.
Mulanya Bengkel Kereta Api Surabaya Gubeng hanya melayani pemeliharaan kereta dan gerbong. Untuk memenuhi pasokan listrik, dialiri tenaga listrik dari perusahaan listrik swasta yakni Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM) Surabaya.
Lokasi Balai Yasa Surabaya Gubeng ditandai kotak berwarna merah. Tidak jauh dari balai yasa terdapat Stasiun Surabaya Gubeng, peta tahun 1934. (Sumber: Colonialarchitecture)
Pada tahun 1925, Bengkel Kereta Api Surabaya Gubeng dipimpin oleh ir. H. P. Kalbacher Turkenburg. Di bengkel ini terdapat kegiatan pengerjaan logam dan kayu. Untuk pekerjaan logam terdapat los-los untuk: pembuatan ketel, pembuatan bangku, bengkel bubut, bengkel pandai besi, pengecoran besi dan tembaga, pengrajin timah, dan pembuatan instrument. Sedang los-los pekerjaan terkait kayu meliputi: pengeringan kayu, bagin gerobak, pertukangan, reparasi lampu, pewarna dan cat.
Kurun tahun 1942-1945, Bengkel Kereta Api Surabaya Gubeng dibawah kuasa pendudukan Jepang. Keberadaan bengkel-bengkel kereta api pada saat itu dimanfaatkan juga untuk keperluan perang. Paska proklamasi, perkeretaapian di Surabaya, termasuk bengkel diambilalih oleh pegawai kereta api dan para pejuang pada 30 September 1945.
Sampai tahun 1950, Bengkel Kereta Api Surabaya Gubeng melayani pemeliharaan lokomotif uap, gerbong, kereta, jembatan timbang, dan timbangan. Guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja, Djawatan Kereta Api (DKA) mendatangkan mesin-mesin baru seperti mesin pesawat, bubut, tempa, gegaji, dan mesin berat lainnya pada tahun 1951 atas bantuan Exim loan
Selain pengadaan mesin, DKA juga menerapkan kebijakan seperti menghidupkan kembali etos kerja, menyesuaikan struktur organisasi, meningkatan produktivitas jam kerja, meningkatkan kecakapan pegawai, meningkatkan disiplin, dan memperbaiki upah kerja.
Bengkel Kereta Api Surabaya Gubeng pernah membentuk suatu Vliegende Brigade, bertugas memperbaiki gerbong rusak yang banyak tersebar di emplasemen dan depo. Gerbong-gerbong tersebut berserakan sehingga tidak dapat ditarik ke Bengkel Kereta Api Surabaya Gubeng. Secara teknis, Vliegende Brigade dipimpin seorang pengawas dari bengkel. Para tukang diambil dari pensiunan tukang bengkel dengan dibantu tenaga lepas setempat.
Awal tahun 1957 bengkel ini hanya mengerjakan pemeriksaan, pemeliharaan, dan rehabilitasi gerbong saja. Untuk perbaikan lokomotif uap dilakuka di Balai Karya Madiun. Tercatat, pada tahun 1960 Balai Karya Surabaya Gubeng melakukan pemeliharaan 4.684 gerbong. Sejak tahun 1962, istilah bengkel kereta api diubah penamaannya menjadi Balai Karya yang kemudian diganti menjadi Balai Yasa.
Dalam perkembangannya, Balai Yasa Surabaya Gubeng turut melakukan pemeliharaan kereta kelas ekonomi dan bisnis. Kemudian balai yasa ini dipercaya melaksanakan pemeliharaan kereta Argo Bromo Anggrek. Kereta yang disebut pula JS-95 ini diresmikan pada.
Guna optimalisasi pemeliharaan sarana, Balai Yasa Gubeng memperkenalkan sistem “One Day Service”. Yakni pemeliharaan untuk boogie kereta yang hanya memerlukan waktu satu hari. Apabila boogie kereta masuk balai yasa pagi hari, pada waktu siag atau sore di hari yang sama boogie tersebut selesai diperbaiki dan dapat dikeluarkan dari balai yasa.
Sumber:
- Colonialarchitecture.nl
- Djawatan Kereta Api, Balai Besar Bandung 1961
- A. Reitsma, Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie 1875-1925, Weltevreden: Topografische Inrichting, 1925
- Staatsspoorwegen, Verslag Over Het Jaar 1935, Batavia: Landsdrukkerij, 1936
- Sekilas Lintas 25 Tahun Perkeretaapian, Bandung, 1970
- Verslag der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch Indie Over Het Jaar 1919, Weltevreden: Landsdrukkerij, 1921